Tuesday, April 11, 2023

Salah Paham

Versi Fiksi Mini 

Oleh : Wyda Asmaningaju






“Saya polisi, kamu telah terbukti bersalah atas nama hukum. Untuk tindakan selanjutnya mohon ikut saya ke kantor polisi,” ucapku dengan mimik wajah yang serius. Terbesit perasaan senang karena akan mendapatkan penghasilan.

Semua orang menatapku lekat, memandangiku seolah ada hal yang tak biasa. Aku menatap semua orang di sekitarku. Alisku naik menanyakan hal apa yang mereka herankan.

“Lo serius?” Satu kata keluar dari mulut Andy, temanku.

Aku mengangguk setuju. “Jelas, biar gue selidiki dia di kantor polisi. Lihat dia hampir masuk penjara.” Ucapku lugas.

Davin memegang tanganku, menatapku. Wajahnya mengarah ke bawah. Dia adalah teman satu profesi denganku, polisi. Wajahnya terangkat. Ia tersenyum padauk, “lo kalau gak ada uang bilang ke gue aja.” Aku terkejut, masih tak mengerti apa maksud dari ucapannya.

“maksut lo apaan?” tanyaku sembari melepas pegangan tangannya.

“lo gak mungkin amnesia sih” gumam Andrea. Ku lihat mimik wajahnya tersirat amarah.

Aku menatap ke arah tersangka di depanku. Ia menatapku balik. Mulutnya terbuka seolah tidak percaya dengan kalimat yang baru saja aku lontarkan. Kepalanya menggelang pelan. Jarinya menunjuk padaku, “lo gila?” Satu kalimat yang akhirnya keluar dari mulutnya. Kini giliran aku yang bingung.

“Maaf?” Tanyaku meminta dia mengulangi.

Andrea tersenyum kecil dan maju beberapa Langkah. Kini posisinya berada di sebelahku. Tangannya menarik sebuah kertas yang terbuat dari karton berbentuk persegi panjang. Ia menarik benda itu dan memposisikannya tepat di depan wajahku. Tanganku lemas menyadari hal itu. Andrea tersenyum. Pikirnya rencananya berhasil.

“Maaf, gue lupa.” Ucapku singkat.

“Keterlaluan lo. Kita lagi main monopoli woi!” Seru Andy sembari menyilangkan tangannya di depan dada. Aku mendorong kertas monopoli itu menjauh dari wajahku. Ku putar badanku menghadap ke Andy, lalu membungkuk 90.

“Lo ngerusak permainan tau, gak!” Masih saja Andy kesal padaku.

“Andy cukup. Gue yang mau dibawa ke kantornya dia aja masih speechless.” Ucap Fandra jujur. Dia berdiri dan menepuk pundakku dua kali kemudian keluar dari rumah Andy.

Sebuah tangan menyentuh pundakku. Aku menoleh ke belakang untuk melihat pelakunya. Aku tersenyum, “Maaf ya vin” ucapku penuh penyesalan.

“Lo yakin gak kekurangan uang?” Wajahnya kentara sekali akan kekhawatiran. Aku mengangguk sembari memegang telapak tangannya. Ku tampilkan senyum terbaik untuk membuat dia lega. Aku menatap kedua temanku yang lain. Andrea masih tetap kukuh memegang kertas monopoli tersebut, sedangkan Andy masih terlihat sekali marah padaku.

“demi kenyamanan bersama, kita jeda reuni ini 30 menit buat jernihkan pikiran. Terutama lo.” Tangannya menaruh monopoli Kembali ke atas meja, kemudian menunjuk padaku. Dalam kalimatnya pun tersirat penekanan bahwa memang aku menyebabkan masalah pada saat reuni ini.

Andy berjalan ke luar rumahnya dengan langkah yang tergesa-gesa, di belakangnya ada Andrea yang mengejar Andy. Sepertinya mereka berencana mencari Fandra. Tubuhku jatuh terduduk di atas karpet berwarna putih di ruang tamu. Tanganku memegang kepala merasakan denyutan kecil yang kian lama, kian banyak. Davin berada di belakangku, ia berusaha menenangkanku. Tangannya menarik tubuhku dalam pelukannya.

“hei, its okei. Lo stress gara-gara udah jarang ada korban yang masuk kantor polisi?” Pertanyaanatau bisa disebut tebakan itu tepat sasaran sekali. Aku mengangguk. Davin semakin mengeratkan pelukannya. 

 

 

 

 

 

Surabaya, 12 April 2023

Friday, April 7, 2023

Ramadhan Tak Terlupakan

 Oleh : Wyda Asmaningaju



Dok. Pribadi


Memiliki dua buah hati yang lucu adalah dambaan setiap pasangan hidup. Banyak dari mereka yang belum dipercaya mengemban amanah atau belum dikaruniai sang buah hati meskipun usia penikahan sudah mencapai puluhan tahun. Pasangan suami istri Narto dan Nilam yang tidak usah menunggu kehadiran sang buah hati terlalu lama dalam mahligai pernikahannya sangat bahagia ketika dalam hitungan delapan tahun sudah mempunyai dua buah cinta yang lucu-lucu. Abdillah yang berusia tujuh tahun dan Nia yang berusia tiga tahun. Sebenarnya setelah Abdillah berusia tiga tahun mempunyai adiknya yang berusia enam bulan meninggal di kandungan. Jadi Nilam sudah melahirkan tiga kali secara normal. Setiap hari Nilam yang sebelum berangkat bekerja di sebuah kantor swasta mengurus si bocil mulai memandikan dan menyuapi mereka secara bergantian sampai menitipkan si cantik ke rumah orang tuanya dan membonceng si ganteng ke Sekolah. Sementara Narto juga mengemban amanah sebagai pegawai di sebuah perusahaan obat. Hari-hari yang padat tanpa rehat mereka jalani dengan iklhas saling support tanpa ada keluh kesah meskipun mereka belum bisa memiliki rumah pribadi.

 

Pada suatu sore di kediaman mereka.

“Mas, bulan ini aku belum mens, aku yakin pasti hamil.” Nilam cemas memeluk suaminya yang sedang membaca koran.

“Alhamdulillah .. masih ada tambahan bonus.” Narto menjawab dengan santai tanpa melihat ekspresi sang istri.

“Uhh aku takut mas!” Nilam gusar melihat suaminya cuek.

“Takut apa?” Kali ini Narto melipat koran dengan hati-hati.

“Maksudnya begini, kita besarkan dan sekolahkan yang tinggi Muhmmad dan Nia dengan baik tapi kalau nambah anak takutnya gak bisa maksimal mendidik mereka.”

‘Ah kamu, kalau memang kita ditakdirkan punya anak lagi Insya Allah kita bisa mendidiknya dngan maksimal.”

“Mas, bener aku takut. Bagaimana kalau kita ke dokter untuk memastikan bahwa apa bisa janin ini digugurkan seandainya memungkinkan.”

“Ya sudah besok kita periksakan ke dokter tapi janji kalau memang dokter tidak mau menggugurkan jangan memaksa.”

“Ya mas janji.” Nilam sedikit lega dengan keputusan suaminya.

 

Keesokan harinya mereka berdua berniat memeriksakan kandungan dengan hati yang tidak menentu. Laju motor yang tidak terlalu kencang membuat Nilam semakin berkeringat dingin dengan menyimpan seribu pertanyaan di hati. Tidak begitu lama mereka sudah sampai di parkiran dan setelah memarkir kendaraannya mereka masuk ke ruang dokter spesialis kandungan di sebuah rumah sakit daerah. Setelah melalui pemeriksaan intensif Dokter Edi mengatakan.

“ini anak ke berapa bu?”

“Anak keempat dokter.”

“Saya lihat janin ini sudah berusia 8 minggu bu, artinya kalau digugurkan sayang karena anaknya sehat.” Dokter menunjukkan monitornya sambil menggerak-gerakkan alat di perut Nilam.

“Lo dok, padahal saya baru telat 4 hari kok sudah 8 minggu.” Tanya Nilam keheranan.

“Ya bu memang seperti itu hitungannya.”

“Kalau begitu tidak jadi dok, anak ini akan kami rawat dengan baik. Terima kasih dok penjelasnannya.

Mereka pulang dengan hati lega, mau tidak mau janin itu adalah anugrah terbesar yang tak setiap ornng beruntung memilikinya.

 

Kehamilan Nilam semakin besar yang membuatnya sedikit repot dengan urusan kerjanya dan menitipkan kedua anaknya ke rumah eyangnya sehingga orang tuanya menyarankan untuk sementara tinggal di rumah mereka sampai Nilam melahirkan bayinya. Narto dan Nilam menyambut baik niat itu dengan hanya menghitung hari Nilam sudah melahirkan normal bayi cantik pada malam hari pukul 20.45 WIB dibantu seorang bidan kampung. Bayi itu bernama “Zahro Syarifatul ‘Aini” dengan panggilan RIFA.  Setelah dua hari persalinan Nilam diizinkan pulang karena kesahatan ibu dan bayi sangat prima. Ibu Nilam menyongsong dengan suka cita dan sangat bersyukur.

“Alhamdulillah, cucuku sehat dan cantik. Selamat cah ayu kamu selalu melahirkan gangsar.” Ibu Nilam menciumi Nilam dan bayinya.

“Iya bu. Alhamdulillah. Tadi malam kontraksi cuma sebentar terus diberi perangsang langsung lahir.” Nilam bercerita lebar.

 

Kehadiran Rifa menambah ramainya suasana rumah yang hanya dihuni kedua eyangnya itu. Setiap pagi Nilam memandikan ketiga anaknya dan menyuapi Muhammad dan Nia tak lupa selalu memberi Asi eksklusif kepada Rifa tercinta. Selesai menjalani tugas sebagai ibu rumah tangga, dia menuju kantor sambil mengendarai motornya. Hari berganti bulan tidak terasa Rifa sudah berusia empat bulan. Hari ini adalah Ramdhan ke sebelas menjadi saksi bagi seluruh umat muslim menunjukkan ketakwaan kepada Rabbnya. Rifa yang lucu semakin tampak menggemaskan. Senyumnya yang menawan tanpa bisa melupakannya walau sejenak. 


Seperti biasanya selepas ba’da ashar Nilam menggendongnya di teras depan rumah sehingga mengundang banyak penggemarnya hadir menyapa Rifa yang terus mengumbar senyum. Tidak biasanya sore itu Rifa tidak mau menunjukkan senyum manisnya sehingga banyak fannya yang terus berusaha menggodanya. Saatnya adzan maghrib berkumandang, Nilam, suami dan ayah ibunya segera berbuka puasa dan menjalankan sholat maghrib berjamaah. Selepas sholat teraweh Nilam merasakan tubuh Rifa sedikit panas dan tetiba selepas minum susu, dia muntah. Dengan lembut Nilam mengganti baju Rifa dan memberinya susu lagi karena tampak dia sangat ngantuk. Di tengah-tengah malam tampak Nilam sedikit heran dengan Rifa yang tidak mau nenen dan minum susu botol tanpa pikir panjang dia mengambil sendok untuk menyuapi susu. Tampak mata Rifa tidak terkatup meskipun saat tidur dan tidak rewel sama sekali meskipun belum minum mulai sore sampai jam 12 tengah malam. Ini yang membuat Nilam semakin bingung yang pada akhirnya semalaman dia tidak tidur dan pukul 03.00 dini hari waktunya orang sahur dia membawa Rifa ke rumah sakit milik propinsi bersama suami. Sesampainya di IGD secepat kilat dokter memeriksa dan mengatakan bahwa Rifa tersedak air susu sehingga sesak nafas dan hanya menyuruh Narto dan Nilam hanya berdo’a. Tampak tubuh kecil itu di penuhi kabel-kabel yang tersambung dengan komputer. Dengan bantuan oksigen dia bernafas dan mungkin Rifa merasakan sakit yang luar biasa tanpa diketahui orang di sekitarnya. Penanganan medis dilakukan team dokter sekitar dua jam setelah itu berhasil mengeluarkan cairan susu sekitar setengah cangkir dan bersamaan itu nyawa Rifa tidak terttolong. Nilam hanya bisa menangis tidak tahu kalau Rifa tersedak dan sesak nafas. Dia hanya berucap :seandainya aku tidak terlambat membawa Rifa ke dokter.

 

 

 

Surabaya, 07 - 04 - 2023

Friday, March 3, 2023

Mengungkap Karakter Di balik Jo Sahabat Sejati

 Oleh : Wyda Asmaningaju



Judul Film :  Jo sahabat sejati

Produksi :  Alamanda Production

Sutradara :  Alex Latief

Aktor : Ismu Tanjung, Amanda Latief, Novika Siregar, Cornel Nadeak Ardy Wicaksono, Nena Rosier dan Dolly Martin.

Genre :  Drama Petualangan

Durasi :  106 menit

Rilis :  11 Agustus 2022

Bahasa :  Indonesia

 

 

Film yang kreatif dan sangat bagus ini layak menjadi favourite semua kalangan umur dan sarat dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Oleh karena itu Dinas Pendidikan Surabaya menganjurkan semua pelajar di Surabaya supaya menonton film ini yang sebelumnya sudah di gelar untuk para Pengawas dan Kepala Sekolah.

 

Seekor kuda yang menjadi pemeran utama dari film Jo, Sahabat Sejati ini merupakan film perdana di Indonesia. Dengan latar belakang alam yang indah di Sumedang, Jawa Barat, film ini menampilkan kearifan budaya lokal yang mengundang kebanggaan kita sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai pesona kekayaan alam yang sangat indah. 

 

Jo adalah kuda coklat kehitaman yang dipelihara oleh seorang guru SMP Negeri 10 Sumedang yang bernama Arif ( Ismu Tanjung). Jo juga merupakan kesayangan dari Arif dan adiknya Lisa (Amanda Latief).

Jo bersahabat dengan tiga sekawan; Genta (Cornel Nadeak), Cinta (Novika Siregar) dan Danar (Adry Wicaksono). Tiga sekawan ini adalah murid-murid Arif.

 

Persahabatan ini berawal sejak Jo menyelamatkan tiga sekawan itu dari sebuah kejadian yang terjadi dalam kegiatan kepramukaan yang membahayakan nyawa, yaitu ketika tiga sekawan ini nyaris jatuh ke jurang. Sejak peristiwa ini pula, Jo menjadi kesayangan penduduk desa. Jo sangat pintar dan suka menolong siapa saja yang mengalami kesulitan.

 

Pada suatu hari di rumah Arif kedatangan tamu yang bertindak kasar pada ibunya dengan tujuan menagih hutang peninggalan almarhum ayahnya. Arif yang masih mengajar di sekolah bergegas pulang setelah diberitahu oleh adiknya Lisa tentang kedatangan tamu tersebut. Tamu tak dikenal itu tampak memaksa ibunya untuk menyerahkan Jo sebagai pelunasan hutang tapi Arif menghentikan aksinya dengan menyerahkan  motor satu-sautunya sebagai gantinya.

 

Suatu hari Lisa hendak melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta dengan sangat berat hati meninggalkan Jo kesayangannya dalam beberapa waktu.

Jo yang merasa kesepian dan tidak mau ditinggal sendirian di rumah bersama ibu Arif sehingga mengikuti Arif setiap kali pergi termasuk saat dia mengajar. Beberapa kali Arif menyuruhnya pulang tapi Jo tetap mengikutinya.

 

Atas permintaan ayah Cinta, Jo dititipkan di rumah  mereka selamai Arif mengajar di sekolah. Rumah Cinta tidak jauh dari halaman sekolah sehingga saat istirahat murid-murid Arif bisa bermain bersama Jo. Sepanjang hari Jo tinggal di rumah Cinta hingga Arif selesai mengajar.

 

Sampai suatu saat Jo melihat ular didepan Bi Nurul (Ibu Cinta) dan meringkik keras sambil mengangkat kaki depannya tinggi-tinggi. Mungkin karena takut dan kaget dengan tingkah laku seperti itu Bi Nurul sempat pingsan dan tidak tertolong lagi. Begitu menyaksikan istrinya bernafas lagi sontak Pak Galih berteriak minta tolong.

 

Penduduk sekitar berdatangan. Anak-anak sekolah beserta Pak Arif berlarian ke kebun yang jaraknya tidak jauh dari sekolah mendatangi suara itu.

Cinta merasa sangat kehilangan ibunya. Ayahnya Cinta tidak terima dengan kematian istrinya sehingga menuduh Jo penyebabnya. Tanpa berpikir panjang juga penduduk sekitar mulai membenci Jo menganggap sebagai pembawa bencana.

Maka atas perintah kepala dusun Jo harus keluar dari desa supaya tidak terjadi lagi beberapa bencana didesa.

 

Cinta yang semula percaya kalau Jo penyebab kematian ibunya akhirnya disadarkan oleh kedua sahabatnya.

Dengan niat yang kuat mereka bertiga menemui Arif yang akan membawa Jo keluar desa. Disaat Arif lewat sambil menuntun Jo mereka menghampirinya dan menunjukkan tempat yang aman untuk Jo. Bekerja sama dengan hati riang membuat kandang yang jauh dari penduduk. Setiap hari dikunjungi untuk memberi makan dan minum serta memandikannya.

 

Hari-hari yang indah bersama Jo tidak bisa bertahan lama karena ada beberapa warga yang mengetahui keberadaan Jo sehingga membuat mereka sangat marah dan mengusir Jo untuk selamanya. Setelah kejadian itu, Jo pergi dan menjadi hewan pengangkut barang. Jo sangat tersiksa. Dia seringkali mendapat perlakuan yang kurang baik. Keadaan ini membuatnya tidak tahan dan kabur kembali ke kampung halamannya. Tempat Arif dan ketiga sahabat yang disayanginya.

 

Sampai pada suatu saat disekolah mereka mengadakan pentas seni yang melibatkan semua siswa untuk berpartisipasi didalamnya.  Acara demi acara berlangsung sampai hampir selesai. Tanpa disadari ada korsleting listrik yang mengakibatkan si jago merah semakin membesar di atas gedung sekolah. Mereka berhamburan keluar dan saling bantu membantu. Jo yang jauh tempatnya dari desa itu merasakan bencana ini. Dia meringkik keras dan melepaskan tali yang mengikatnya. Tidak begitu lama Jo sudah sampai di depan sekolah Arif dan membantu mengekuarkan orang-orang yang terjebak si Jago merah. Terakhir yang dia tolong adalah 3 sahabat kecilnya yaitu Cinta, Danar dan Genta. Alhamdulillah mereka selamat. Tapi Jo tertimpa reruntuhan kayu berapi sehingga tubuhnya lemas dan meninggal.

 

Dalam film ini tampak kelima nilai penguatan karakter pendidikan yakni adanya nilai kasih saynng dalam persahabatan sejati antara manusia dan hewan (kuda) yang merasa sebagai sama-sama ciptaan Tuhan. Mereka saling menyayangi, bersatu, saling menolong dan saling berjuang dalam menghadapi segala rintangan.

 

Kisah Jo ini sangat menguras air mata dan memancing emosi penonton. Sayangnya tidak happy ending, namun makna yang dipetik sangat mendalam. Pengorbanan seekor kuda yang menyerahkan nyawanya demi menyelamatkan manusia yang dikasihinya, meskipun ia merasakan kepedihan disakiti, ditolak dan diasingkan.

 

Melalui film Jo sahabat sejati ini dapat menginspirasi seluruh generasi bangsa menjadi pribadi yang kokoh dan berkarakter yaitu mampu saling mengasihi, dan selalu peduli terhadap lingkungan dan sesama.

 

 

 

Surabaya, 05 - 03 - 2023

Friday, February 24, 2023

Putus Sekolah

 Oleh : Wyda Asmaningaju


Dok. Pribadi

 

 

Setiap anak memiliki keunikan masing-masing termasuk dalam kemampuan berpikir. Seorang anak yang cerdas memiliki kemampuan berpikir lebih cepat dan tepat. Dia biasanya memiliki sisi kreatif yang tinggi dan mudah berkonsentrasi. Sifat-sifat ini pun dimiliki oleh Arya. Tetapi beberapa kelemahannya adalah susah untuk diajak berkelompok dan cenderung merasa bosan dalam segala hal termasuk belajar serta bermain. Dia lebih suka melakukan pekerjaan sesuai dengan mood nya saja.

 

Suatu malam di kediaman Siti.

“Arya…ayo masuk.. sini belajar sama ayah.”Sumaji memanggil Arya yang dari tadi bermain di lapangan depan rumah.

Mendengar teriakan ayahnya Arya berlari masuk ruang tamu.

“Ayah, aku pingin jadi pemain sepak bola seperti temanku Fikri.” Kata Arya sambil mengguncang pundak ayahnya.

“Disuruh belajar malah minta jadi pemain sepak bola.” jawab Sumaji dengan gusar.

“Ayo yah..Fikri sudah jadi keeper sekarang.”

“Ya besuk sore latihan lagi sama teman-teman nanti lama-lama akan pintar sendiri.”

“Maksudnya aku pingin ikut club sepak bola, seperti kebanyakan mereka.”

“Ah.. gak usah macam-macam, cukup sekolah saja.”

“Ih… ayah pelit. Tidak seperti ayahnya Fikri.” bentak Arya kesal

“Hussh kamu kecil-kecil sudah berani bantah orang tua.”

Hardik Sumaji sembari mendorong tubuh Arya.

Arya yang merasa sakit lututnya karena terjatuh menangis sekencang-kencangnya.

“Ibu…ibu   .ayah jahat…” sambil mengusap-usap lututnya.

Dari belakang Siti yang menemani Sarah belajar melompat  keluar mendatangi suara itu.

“Ada apa Arya sayang?”

“Ayah jahat bu. Tadi mendorong saya.”

“Huussh… tidak boleh ngomong begitu. Apa yang terjadi mas?” Siti menutup pmulut arya dengan lembut sambil mendongak ke arah suaminya.

“Tak suruh belajar malah berani sama aku.  Itu tadi dia ngamuk minta ikut club sepak bola.”

“Anak sholeh ibu. Kenapa marah-marah?” Ucap Siti sambil membelai rambut Arya.

“Habis..ayah pelit. Tuh lihat temanku banyak yang ikut club jadinya pinter main bolanya.” Arya mengusap matanya dengan kaos birunya.

“Arya sabar ya .. ayah bukannya pelit sayang, tapi sementara ini Arya fokus sekolah dulu saja biar tidak terganggu belajarnya.”

Mendengar penuturan ibu yang juga belum bisa memuaskan, Arya masih menyimpan rasa benci terhadap ayahnya. Dia masih terus memiliki kemauan dan keinginan untuk menjadi pemain sepak bola terkenal. Keinginan kuat seorang anak yang biasanya tidak terpenuhi membuatnya menjadi seorang pembangkang.

 

Bulan berganti tahun, Arya sering membuat kekacauan di rumah dan di luar sering berkelahi dengan temannya yang pada akhirnya membuat ayahnya jengkel dan marah. Tidak jarang Arya kena pukul ayahnya baik dengan tangan kosong maupun dengan alat sekenanya. Semakin hari semakin sulit dimengerti apa maunya. Di Sekolah dia jarang masuk kelas bahkan sering nongkrong di kantin saat jam pelajaran.  Seringkali uang sekolah tidak dibayarkannya melainkan dibuat jajan sehingga menumpuk sampai satu semester baru ketahuan setelah rapotan. Sehingga mengharuskan Siti sendiri yang membayarkannya ke Sekolah. Arya bersekolah di SMP negeri karena pada dasarnya anaknya pintar dan cerdas. Melalui rekap kehadiran yang jarang masuk pada ahirnya dari hasil rapat guru-guru memutuskan dia tidak naik kelas. Dengan begitu Arya merasa malu sehingga meminta ibunya mendaftarkan ke sekolah swasta yang kurang ternama sehingga membuat dia semakin banyak berulah.

 

Seiring berjalannya waktu, Arya menjadi seorang remaja yang gagah dengan kumis tipis menghias di atas bibir. Kulitnya sawo matang dengan ukuran tubuh cukup tinggi menjadikannya semakin menawan. Usianya sudah menginjak 17 tahun dan menjadi salah satu siswa kelas 11 di sebuah SMK swasta. Tetapi dengan bertambahnya usia, dia tidak semakin dewasa melainkan semakin banyak kekacauan yang diciptakan.

 

“Apa kamu tidak sekolah Arya?” tanya Sumaji pada suatu pagi.

“Sekolah yah..tapi nanti siang.”

“Bukannya masuknya pagi sekolahmu?”

‘Ya, yah..nanti siang. Sekarang gurunya masih rapat.” Arya sering membuat berbagai alasan yang tidak masuk akal yang terpenting menghindar dari pertanyaan yang membosankan baginya.

Sarah yang sudah 2 tahun menginjak bumi kampus merasakan ada sesuatu yang ganjil terhadap adiknya. Suatu hari setelah perkuliahan selesai dia mendatangi sekolah Arya untuk melihat apakah adiknya berada di sekolah atau tidak. Dengan mengendarai motor, Sarah menempuh jarak yang tidak begitu jauh dari kampusnya. Setelah sampai di depan pintu gerbang, dia mematikan mesin kemudian memarkir sepeda dan menuju kantor kepala sekolah.

“Assalamu’alaikum pak.”

“Wa’alaikum salam. Silakan masuk mbak.” Pak Dirman menunjuk kursi kosong sambil menggeser ke belakang.

“Maaf pak saya mengganggu. Perkenalkan saya Sarah. Adik saya Arya kelas 11 jurusan mesin. Mau menanyakan perkembangan adik saya di sekolah.”.

“Oh kalau begitu saya pangilkan wali kelasnya ya mbak.”

Tidak begitu lama seorang wanita dengan baju biru muda bermotif bunga beberhijab biru tua sudah duduk di samping Sarah.

“Perkenalkan saya Bu Retno wali kelas Arya.” Sambil bersalaman.

“Ya bu saya Sarah, kakaknya Arya. Bagaimana perkembangan adik saya kalau di Sekolah, bu?”

“Kalau melihat rekap kehadiran sepertinya Arya jarang masuk. Ini coba lihat seminggu cuma masuknya 2 sampai 3 hari.”

“Hah.. ada apa dengan Arya?” Serasa dihantam dadanya sesak Sarah kaget sambil menerawangkan pandangan jauh ke belakang.

“Mohon maaf bu, selama ini saya dan orang tua tidak tahu kalau adik saya sering bolos, padahal setiap hari masuk dan memakai seragam sekolah.” Tutur Sarah pilu.

“Begini saja mbak tolong ditanya baik-baik adiknya mungkin punya alasan bolos sekolah.”

“Iya bu terima kasih banyak atas infonya. Saya akan sampaikan ke orang tua. Saya mohon diri sekarang.”

Sarah berpamitan dan menuju rumah dengan perasaan sangat sedih.Antara menjaga hati orang tua dan mengungkapkan kenyataan pahit. Dengan berat hati Sarah menceritakan kepada ayah ibunya tentang semuanya. Seketika Sumaji yang tempramen menanti kehadiran Arya yang sudah lama membohongi dirinya. Hampir menjelang maghrib Arya memasuki rumah dengan berseragam lengkap.

“Arya kenapa kamu bohong!” Sumaji tidak sabar menunggu kedatangannya sambil membawa sapu lidi di tangannya.

“Bohong apa yah?’

‘Kamu sudah lama bolos sekolah. Terus kemana saja selama ini?” Tangannya menyabetkan sapu ke kaki Arya yang spontan menghindar.

“Ya main. Pelajaran di sekolah gak asyik.” Jawab Arya asal-asalan.

“Orang tua cari uang supaya kamu bisa sekolah tapi malah di buat main-main.” Sumaji sekali lagi memukulkan sapu ke tangan Arya.

“Kalau gak iklhas nyekolahkan aku ya sudah tak keluar saja.” Wajah Arya kemerah-merahan sambil menahan sakit.

Dari belakang Siti dan Sarah keluar mendengar teriakan ayah dan anak itu.

“Arya kenapa membohongi kami nak?” Tangan Siti merajuk tangan Arya yang penuh goresan luka.

“Saya sudah muak dengan semua ini, ayah jahat dan tidak ikhlas menyekolahkan aku. Jadi aku keluar saja” Teriak Arya sambil merampas dan membanting sapu lidi yang dipegang ayahnya.

“Kamu sudah berani sama aku.”

“Astaghfirulloh…sadar nak, apa kamu tidak ingin kuliah seperti kakakmu?” Siti memelas dengan nada sedih.

“Gak usah bu daripada buang-buang uang. Biar aku cari jalanku sendiri.” Arya berlalu ke belakang mandi dan ganti baju lalu keluar rumah lagi.

Sarah dan Siti saling berpandangan tanpa bicara hanya bahasa tubuh mereka yang mengisyaratkan kasihan dengan tumbuh kembang Arya. Penidikan dari rumah yang tidak seimbang antara ayah yang keras dan ibu yang lemah lembut membuat adiknya menjadi korban. Seketika Sarah memasuki kamar dan  tangisannya lirih mendekap bantal terus mewarnai malam itu.

 

 

 

 

 

BERSAMBUNG

 

 

 

 

Friday, February 17, 2023

Resensi Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kinerja Guru

Oleh : Wyda Asmaningaju



Cover buku. Dok. Pribadi

Identitas buku :

a. Judul : Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kinerja Guru

b. Penulis : Yuni Asdhiani,M.Pd

c. Penerbit : CV. Pustaka Media Guru

d. Tahun Terbit : 2021

e. Tempat Terbit : Surabaya

f. Tebal Buku : 140 halaman

g. Ukuran Buku : 14.8  x 21 cm

h. ISBN : 978-623-308-544-1

 

Buku dengan cover seorang guru ini diperuntukkan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan untuk mengukur keefektifan pembelajaran. Dari judulnya dapat ditebak khalayak yang cocok untuk buku ini adalah para guru. Buku ini dapat membantu para guru dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran. Penulisnya merupakan seorang pengawas pendidikan agama islam di Kementerian Agama Kabupaten Bekasi.

 

Buku dengan judul ‘Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kinerja Guru’ karya Yuni Asdhiani M.Pd. dapat membantu para guru agar mengembangkan tingkat profesionalitasnya melalui perencanaan bersama agar proses pendidikan lebih terstruktur seperti standar yang ditentukan. Supervisi pendidikan merupakan kegiatan yang memfokuskan pada pengkajian situasi belajar mengajar agar pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan para guru lebih efektif dan efisien. 


Dasar kegiatan supervisi dilakukan dalam upaya memperbaiki dan mengatur segala aktivitas yang telah terlaksana secara optimal. Supervisi adalah kegiatan efektif yang dilaksanakan oleh ‘mereka’ yang bertanggung jawab melakukannya. Salah satu model supervisi yang dapat meningkatkan profesionalitas guru yaitu melalui pengawasan klinis. Pengawasan klinis sendiri bertujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan kinerja guru, terutama dengan mengawasi praktik pembelajaran para guru.


Pada bab selanjutnya dijelaskan bahwa supervisi pendidikan merupakan unsur yang penting dalam dunia pendidikan. Supervisi dalam konteks sekolah tidak hanya diartikan sebagai proses mengawasi dan memperbaiki pelajaran saja, tetapi sebagai proses memperbaiki hasil pembelajaran. Supervisi merupakan kegiatan untuk meningkatkan prestasi akademik peserta didik guna membantu guru dalam meningkatkan kinerja pekerjaan, profesionalitas, dan perkembangan karir mereka. Tujuan supervisi pendidikan yaitu untuk meningkatkan pengajaran ke arah yang lebih baik agar dapat memberikan kualitas pendidikan yang lebih baik.


Supervisi klinis dipelopori pertama kali oleh Morris Moto pada tahun 1960. Penulis juga memaparkan tujuan supervisi klinis adalah meningkatkan pembelajaran dengan membantu guru dalam mengevaluasi pembelajarannya sehingga mencapai tujuan yang lebih efektif. Namun, seperti yang dikatakan penulis tujuan dan sifat pengamatan berbeda menurut yang berpartisipasi dalam observasi. Observasi kelas merupakan suatu kegiatan pengamatan, analisa terhadap proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dan juga memberikan informasi kepada guru untuk agar mengambil tindakan untuk meningkatkan pengajaran mereka.

 

Penulis menjabarkan secara garis besar ada tiga tahapan supervisi klinis antara lain : tahap perencanaan atau praobservasi, tahap observasi mengajar, tahap evaluasi dan analisis atau pascaobservasi. Guru dan pengawas pendidikan memiliki tanggung jawab dalam menerapkan kurikulum demi keberlanjutan profesionalitas untuk mencapai tujuan.

 

Pada bab kelima, penulis menyebutkan tentang penilaian kinerja. Definisi penilaian adalah komponen penting dalam melaksanakan pendidikan. Tujuan evaluasi dalam pendidikan adalah untuk meningkatkan kinerja individu maupun lembaga agar terjadi peningkatan kinerja pada saat dilakukan penilaian. Salah satu penilaian yang digunakan dalam menentukan kemampuan atau kinerja seseorang adalah penilaian untuk kerja. Penilaian untuk kerja merupakan proses pengumpulan data dengan cara pengamatan yang sistematik untuk membuat keputusan kinerja suatu individu. Tes performa atau kinerja berkaitan dengan hasil keterampilan, yaitu untuk menilai keterampilan kinerja faktualnya. Penilaian kinerja difokuskan pada produk dan produk maupun keduanya. Prosedur dan produk dinilai menggunakan check list atau rating skala. Tingkatan rating skala untuk menilai kualitas baik yaitu skala 5 atau skala 7.

 

Pada bab selanjutnya dipaparkan tentang kinerja guru Pendidikan Agama Islam. Guru Pendidikan Agama Islam tersebut mengajar mata pelajaran Agama Islam yang terdiri dari Al-Qur’an, Hadits, Fiqih, Aqidah, Akhlaq, Aswaja dan Sejarah Kebudayaan Islam. Di sini penulis mengemukakan paling sedikit ada lima pendekatann yang harus di ketahui guru agar bisa mengajar dengan baik. Pendekatan pembelajaran menurut E Mulyasa (2011) tentang kompetensi, menurut Rohmatika (2017) tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran), menurut Supardi (2011) tentang komponen proses pembelajaran, menurut Thomas (2014) tentang perencanaan dan penyampaian pembelajaran, dalam petunjuk teknis kinerja guru PAI (2017) yang terkait dalam pembelajaran guru PAI.

Pada bab ke tujuh, penulis mendefinisikan karakteristik pembelajaran yang efektif pada observasi kelas yaitu proses perilaku dan hasil belajar siswa. Di sini penulis menggunakan tabel untuk mengukur karakteristik pembelajaran pada observasi kelas. Ada beberapa indikator yang digunakan diantaranya adalah  pembelajaran aktif, teknik bertanya, diskusi teman sebaya, instruksi terpusat pada siswa dan masih banyak lagi.

 

Pada bab selanjutnya, penulis menyatakan salah satu masalah dari penilaian kinerja adalah skala peringkat. Hal ini jika ada dua penilai atau lebih dalam proses pemeringkatan. Penilaian kinerja biasanya menggunakan item tanggapan yang dibangun, yang mengharuskan peserta memilih jawaban yang benar dari alternatif yang diberikan. Alat ukur yang digunakan tentunya harus valid dan reliabel sehingga memberi hasil yang konkrit.

 

Buku ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki kinerja guru serta dalam peningkatan pembelajaran melalui siklus perencnaan yang sistematis, observasi dan analisis kinerja pengajaran dari peristiwa di kelas.Sehingga, diharapkan proses belajar mengajar dapat lebih linier dengan amanat undang-undang.

 

Dibalik hal tersebut, instrumen supervisi klinis tersebut juga harus diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia dari pihak guru maupun pengawas dalam menjalankan 23 instrumen supervisi klinis seperti yang dijabarkan dalam buku ini.

 


Wednesday, February 15, 2023

Menyikapi Perbedaan

Oleh : Wyda Asmaningaju 

 

 

Dok. Pribadi

 

Waktu berjalan begitu cepat, dua balita itu pun kini sudah menjadi pelajar di sebuah Sekolah Dasar yang sama. Sarah sudah kelas 6 dan berusia 12 tahun  sedangkan adiknya kelas 3 dan berusia 9 tahun. Kehidupan dua bersaudara ini tumbuh dan berkembang dengan penuh kasih sayang dari ibunda sementara ayahanda jarang sekali menyapa kehadiran buah hatinya di saat dirinya dibutuhkan.  Siti yang dengan setia mengantar sekaligus menjemput mereka, hanya dengan berjalan kaki mereka sudah sampai di sekolah. Sarah yang selalu rajin belajar mengakibatkan dirinya selalu meraih juara kelas. Sementara Arya yang memang pada dasarnya seorang anak cerdas meskipun tidak pernah belajar tetapi nilainya selalu sangat baik. Tidak kalah dengan pendidikan umum, Siti juga memberikan mereka pendidikan agama mulai dini dengan menitipkannya di sebuah Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) dekat rumah mereka. Pada suatu hari ada lomba menghafal surat pendek beserta artinya. Semua peserta menyiapkan dirinya tidak terkecuali Sarah dan Arya.

“Ibu..aku sudah menghafal surat ad-dhuha dari kemarin tapi masih belum hafal.” Keluh Sarah sambil menutup buku iqro’ nya.

“Jangan putus asa sayang, ayo ibu bantu menghafalnya.” Siti meminta buku dari Sarah dan membimbing dengan sabar.sementara Arya yang sibuk dengan kegiatannya di luar rumah bersama teman-temannya. Jarum jam menunjukkan angka 9 tampak Arya memasuki rumah dengan setengah berlari.

“Arya..dari mana saja nak?” Siti menutup buku iqro’ Sarah dengan sedikit berteriak.

“Main bu sama Iwan dan Banu.”

“Apa tidak belajar menghafal surat Asy-Syams untuk persiapan besuk?” Siti bertanya untuk kesekian kalinya.

“Gak usah belajar bu besuk pasti bisa.” Keyakinan Arya yang sudah terbiasa tidak belajar.

 

***

 

Saatnya Lomba menghafal surat pendek diselenggarakan tepat ba’da sholat ashar. Panitia membuka acara dengan bacaan basmalah dan kegiatan diawali dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an. Suara qori’ menggema menembus arsy melangitkan do’a anak-anak sholeh sholehah yang siap dalam mengasah kecerdasan otak dalam menghafal ayat al-qur’an. Selesai pembacaan ayat suci dan terjemahannya, acara dilanjutkan dengan beberapa sambutan dari ketua penyelenggara dan pengurus TPA. Kemuadian dilanjutkan dengan lomba yang ditunggu-tunggu. Semua peserta berjumlah 34 dengan wajah yang beraneka ragam, ada yang ragu, biasa-biasas saja dan percaya diri untuk tampil di depan panggung yang lumayan luas itu. Tidak terkecuali dengan Sarah dan Arya yang saling support. Sarah merasa agak gugup sebelum namanya dipanggil.

“Kak..jangan gugup, nanti hafalan kakak hilang semua!” Arya mencoba menegur kakaknya yang dari tadi murung tanpa ekspresi.

“Iya dek, tapi aku gak bisa santai kayak kamu.” Tangan dingin milik Sarah memegang lengan Arya yang lebih besar.

“Nyantai kak,”

 

Tibalah saatnya namanya dpanggil. Sarah mengucap bismillah dan meluncur menaiki panggung. Di awali dengan mengucap salam dan seketika Sarah melafalkan surat Ad-dhuha dengan lancar. Hampir di akhir ayat, dia lupa dan berhenti sejenak kemudian dilanjutkannya dengan suara pelan seakan tidak yakin.

Satu per satu peserta tampil setelah selesai semuanya, sambil menunggu dewan juri memutuskan juaranya maka diselingi dengan tampilan beberapa penghafal al-qur’an dan qasidah dari anggota. Suasana panggung yang meriah sangat menghibur banyak peserta yang sudah tidak sabar menanti pengumuman pemenang. Dalam hitungan menit selesai hiburan, maka ketua panitia mengumumkan para pemenangnya.

“Hadirin yang dimulykan Allah, tibalah saat yang dinanti, saya atas nama panitia akan mengumumkan pemenangnya. Bagi yang sudah mendapat juara saya mohon untuk tidak berhenti sampai di sini belajarnya, dan bagi yang belum beruntung lebih giat lagi dalam belajar” Mahmud membacakan juara paling akhir yaitu harapan 3 sampai juara 2.

“Apakah Bapak Ibu dna adik-adik penasaran dengan juara pertama? nah saya panggilkan Arya Budi Santoso dengan bacaan surat Asy-Syams nya yang sangat luar biasa.” Lanjut Mahmud sambil meminta Arya untuk naik panggung. Tepuk tangan hadirin yang sangat meriah mengapresiasi para pemenang yang tampil di atas panggung. Siti yang juga hadir menyaksikan acara demi acara dengan hati berdebar terutama pada saat melihat tampilan kedua anaknya yang memiliki perbedaan kecerdasan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Arya dengan bangganya menenteng piala penghargaan menuju ibunya yang duduk berada di kursi belakang.

“Bu..aku dapat piala.”

“Alhamdulillah.. anak sholehku” Siti meraih kening Arya dengan bibirnya sambil meendo’akan.

“Aku sudah bilang kakak supaya tidak gugup, nah akirnya kakak jadi lupa bacaannya.”

Sarah yang kehilangan senyum dari tadi hanya bersandar pada pundak ibunya. Tangan Siti yang lembut membelai jilbab Sarah sambil berucap.

“Gak apa-apa sayang, dalam setiap pertandingan pasti ada yang kalah dan menang. Itu hanya sebuah permainan jadi jangan terlalu sedih kalau kalah dan jangan terlalu bangga kalau menang.

“Tapi aku sudah berusaha bu menghafal. Saat tampil tiba-tiba hafalanku hilang.” Tanpa terasa air matanya beraair.Siti dengan lembut mencoba menenangkan Sarah dengan menawarkan sesuatu.

“Ayo sayang setelah sholat maghrib kita jalan-jalan di taman kota ya!”

“Gak mau bu, aku mau pulang dan belajar untuk besuk.” Tolak Sarah sambil merapikan jilbabnya.

Tanpa pikir panjanglagi, Siti menggandeng dua buah hatinya untuk pulang.

 

Suatu malam di kediaman Siti.

‘Ibu …adik ganggu aku lagi belajar nih.” teriak Sarah sambil menutupi bukunya dengan telapak tangannya.

“Arya..kenapa sayang?”

“Aku cuma lihat bukunya kak Sarah yang penuh dengan warna kuning dan hijau.”

‘Bohong…kamu mencoret bukuku. Sana nulis di bukumu sendiri.” Usir Sarah sambil mengambil bukunya Arya.

“Sudah sayang.. Arya kalau bukunya mau warna-warni kayak kak Sarah ini pakai stabilo.” kata Siti sambil menyerahkan Stabilo.

Dengan cepat Arya membuka tutup stabilo dan mencoret-coret bukunya.

‘Eh…Arya sayang, yang diberi warna bukan semua tulisan tapi yang penting-penting saja.”

“Ah bosen bu..kalau buat warna ini terus, sekarang aku mau main.” kata Arya sambil berlalu.

“Adik enak ya bu.. gak pernah belajar tapi nilainya selalu bagus.” protes Sarah dengan cemberut.

“Sarah sayang..Allah menciptakan semua makhluknya lengkap dengan kelebihan dan kekurngannya. Nah setiap manusia wajib menggali kelebihan yang ada pada dirinya. Mungkin sekarang adik masih sering bosan belajarnya, mungkin kalau sudah besar tambah rajin belajarnya kayak kakaknya.”

Mempunyai dua buah hati yang saling melengkapi merupakan idaman untuk keluarga kecil ini.

 

BERSAMBUNG

 

 

 

 

Monday, February 6, 2023

Kelahiran Anak kedua

 Oleh : Wyda Asmaningaju


Dok. Pribadi


Kehamilan kedua Siti sedikit berbeda dengan yang pertama. Kondisi ekonomi yang sangat kurang mengharuskan dia menata rapi pundi-pundi uang yang sudah diberikan oleh suaminya dalam sebulan. Sarah yang masih butuh asupan gizi berupa susu formula untuk tumbuh kembangnya menjadi kebutuhan prioritasnya. Sementara ayah dan ibunya hanya bisa makan seadanya. Siti yang sudah terbiasa makan sayuran tanpa lauk kondisi seperti ini sedikitpun tidak menjadikan dirinya terheran-heran bahkan sampai kaget. Tapi bagi suaminya yang memang tidak mau tau kondisi keuangan, setiap makanan yang disajikan harus ada lauk dan selalu ganti dalam sehari.

 

Bulan berganti bulan kehamilan Siti mendekati hari persalinan. Badan Siti semakin kurus akan tetapi perutnya saja yang kian membesar. Secara rutin dia periksakan ke bidan terdekat dalam rangka juga menghemat pengeluaran. Dalam hitungan 30 minggu usia kehamilan yang mestinya jnain sudah masuk ke dalam jalan rahim tetapi beda dengan janin Siti yang masih belum masuk. Sampai suatu saat pada hitungan 36 minggu Siti mulai kesakitan dalam beraktifitas di pagi itu. Untungnya Sumaji masih belum berangkat kerja. Perutnya semakin mengencang dan terasa sangat sakit. Secepat kilat Sumaji mencarikan becak untuk mengantar istrinya ke bidan yang tidak jauh dari rumahnya. Tidak begitu lama mereka sudah berada di depan rumah bidan Jumadi. Dengan tergopoh-gopoh Bu Jumadi menyilakan mereka masuk lewat halaman depan kemudian memasuki ruangan bersalin. Dia sibuk menyiapkan kebutuhan persalinan Siti seperti air hangat, waslap, handuk bayi, sarung tangan, gunting dll. Setelah melalui beberapa pemeriksaan lanjut, maka bidan itu pun mengatakan.

“Bu ini bayinya belum masuk jalan lahir. Nih bokongnya yang di bawah bukan kepalanya, mungkin nanti lahirnya sungsang.” jelas bidan sambil memegang dan sedikit menggoyang bagian bawah perut Siti.

Siti yang merasakan perutnya semakin sakit hanya bisa mengangguk sambil berdzikir dan pasrah kepada Allah Azza Wajalla.

Sambil mengelus perut Siti, bidan itu berucap lirih.

“Ayo anak baik..lahirlah dengan normal kasihan ibumu yang terus merasa kesakitan karena posisimu tidak normal.”

Bak mantera yang sakti, maka kalimat itu pun diulang terus menerus. Kontraksi yang dialami Siti sudah sekitar lebih dari lima jam yang harusnya mendekati kelahiran. Pembukaan sudah hitungan ke sepuuh tapi bokong bayi masih berada di bawah, otomatis tidak ada usaha dari bayi untuk keluar. Melalui perjuangan yang sangat kuat akhirnya bayi itu bisa keluar dalam kondisi sungsng.

“Alhamdulillah.. akhirnya kamu keluar juga anak ganteng.” Seru bu bidan sambil meluruskan kaki bayi.

“Alhamdulillah..anakku selamat.” kata Siti lirih.

‘Maaf ya bu terpaksa saya gunting jalan lahirnya karena sampai pembukaan terakhir dia tidak mau berubah posisinya.” Bu Bidan merasa lega dengan keadaan bayi sungsang yang hanya melalui cara tradisional bisa keluar.

“Saya hanya bisa pasrah bu bidan. Panjenengan yang lebih tau mana yang terbaik buat saya dan bayi saya.” kilah Siti seraya mengusap keringat di keningnya.

“Sabar ya bu, ini saya dulukan merawat si ganteng baru setelahnya saya mengobras jenengan he..he..” jelas Bu bidan sambil terkekeh.

 

Setelah semuanya diselesaikan maka Sumaji di panggil masuk ruangan untuk mengadzani anak keduanya.

Melihat jenis kelamin anaknya laki-laki betapa gembiranya dia pada saat itu. Pandangannya menerawang jauh seakan menembus cakrawala. Bayangan seorang ayah berkejar-kejaran dengan jagoannya sampai-sampai dia terbatuk dalam berlarian yang pada akhirnya sang ayah menyerah kalah. Di raih tangan kecilnya seakan menyerahkan estafet kepemimpinan yang akan ditinggalkannya. Tampak dari bola mata yang tajam dan kulit sawo matang serta panjangnya 51cm, dia akan menjadi lelaki kekar. Harapannya untuk mempunyai anak laki-laki terpenuhi seakan melengkapi kebahgiaan yang mewarnai keluarga kecil itu. Bayi mungil itu pun diberi nama Arya Budi Santoso. Harapannya menjadi anak yang berbudi luhur dan berjiwa kstaria.

 

Setelah pulang ke rumah.

 

Baru saja Siti meletakkan tas besar isi barang-barang Arya, dari pintu yang belum sempat dtutup bermunculan lima tetangga dekat yang ingin menikmati bersama kebahagiaannya.

“Sehat dek Siti.” Ucap Farah

“Alhamdulillah mbah Farah sehat.”

“normal ya lahirnya?”

“Alhamdulillah iya normal, tapi lahirnya bukan kepala dulu tapi bokongnya.” Ungkap Siti tanpa malu.

“Subhanalloh..kekuasaan Alloh sedikitpun tidak bisa di fikirkan oleh akal manusia.”Ucap Farah sangat senang mendengar kelahiran sungsang tanpa operasi.

“Iih gantengnya. Kulitnya kayak ayahnya dek.” Puji Endang sambil mendekatkan pipinya ke bayi mungil itu.

“Ya satu sama he..he.. Sarah kulitnya putih kayak dek Siti sedangkan ini kayak ayahnya gelap.” tambah Herna ngakak.

“ngomong-ngomong namanya siapa mbak?” Tanya Yani penasaran.

‘Arya Budi Santoso.” jawab Siti singkat.

“Lama gak dek lahirnya?’

“Sebenarnya pembukaannya tidak lama, berhubung kepala di atas sehingga anaknya tidak bisa mendorong jalan lahir maka di gunting he..he..” Jelas Siti tersipu.

“Berarti lahirnya sungsang ya.” sahut Yayuk menyimpulkan.

“Ya mbak yayuk begitulah.”

“Biasanya kalau lahirnya sungsang anaknya nakal gedenya.” Tambah Yayuk meyakinkan.

“Huushh mbak yayuk ngawur.’ tepis Yani mengelak.

“Iya nih..kita ke sini untuk menikmati kesenangan lahirnya adiknya Sarah, bukan malah mendo’akan yang jelek.” Endang menjelaskan sambil sedikit marah.

“Bukan mendo’akan jelek maksudku. Maaf..maaf dek Siti bukan itu maksudku.” Kata Yayuk sambil mengatupkan tangannya.

“Ya mbak gak pa pa. Silakan diminum seadanya ” Jelas Siti menutup pembicaraan.

 

 

Memiiki dua putra putri yang masih balita tidak mudah bagi Siti dalam membagi waktu. Dia benar-benar harus menjaga kesehatannya supaya bisa semaksimal mungkin mengurus suami dan anak-anaknya. Dari bangun tidur Siti menyiapkan air hangat untuk memandikan Sarah dan Arya. Setelah bergantian memandikannya dia menyiapkan pakaian ganti untuk suami sebelum mandi. Setelah beres semuanya dia mulai mengeksekusi bahan masakan untuk dijadikan masakan sehat dan terlezat buat dinikmati sekeluarga. Setelah sarapan dia bergerak lagi ke dapur untuk mencuci peralatan masak dan melanjutkannya dengan mencuci pakaian.

 

Saat suaminya bekerja, Siti tidak pernah keluar dengan dalih main ke tetangganya. Rumahnya sering tertutup rapat seakan tidak berpenghuni. Dia tidak membiasakan dirinya untuk ngobrol sedikitpun tanpa tujuan jelas seperti yang dilakukan kaum hawa pada umumnya di kampung padat.

 

Memberikan asi eksklusif untuk Arya juga merupakan ikhtiarnya untuk menjaga hubungan kedekatan ibu dan anak selain memberikan nutrisi terbaik. Apalagi dia sekarang tidak bekerja pasti bisa menyusui selama dua tahun tekadnya.

 

 

BERSAMBUNG

Salah Paham

Versi Fiksi Mini  Oleh : Wyda Asmaningaju “Saya polisi, kamu telah terbukti bersalah atas nama hukum. Untuk tindakan selanjutnya mohon ikut ...